Arti Khutbah Jumat
Khutbah Jumat adalah perkataan yang terkandung didalamnya mau’idah hasanah serta tausiyah yang berkaitan dengan tuntutan agama yang diucapkan oleh khatib dengan syarat yang telah dirinci menurut syara’ dan menjadi rukun dalam pelaksanaan shalat jumat.
Khutbah Jumat merupakan bagian elementer dari pelaksanaan shalat jumat, mengapa demikian sebab dikatakan bahwa الخطبة نصف الجمعة : khutbah itu separuh shalat jumat. Khutbah jumat setimbang dengan 2 rakaat jika melaksanakan shalat dhuhur, adapun shalat jumat adalah بدل pengganti shalat dhuhur yang berjumlah 4 rakaat.
Betapa urgen dan pentingnya posisi khutbah jumat dalam rangkaian pelaksanaan shalat jumat, maka pada saat dikumandangkan panggilan maka kita seharusnya bersegera menuju masjid. Agar khutbah jumat tidak ketinggalan.
Perbedaan Khutbah Jumat dengan Khutbah Lain dan Ceramah
Beberapa khutbah juga dilakukan dalam rangkaian pelaksanaan ibadah, seperti khutbah shalat I’edaini ( Idul Fitri dan Idul Adha ), namun khutbah tersebut dilakukan setelah melakukan shalat, dari posisi pelaksanaan tersebut nampak jelas keistimewaan dan posisi penting khutbah jumat.Cara Melaksanakan Khutbah Jumat
- Khutbah jumat dilaksanakan sebanyak 2 kali dan sela antara khutbah pertama dan khutbah kedua diantarai dengan duduk sejenak
- Tidak banyak bergerak seperti menggerakkan / mengangkat tangan seperti saat melakukan ceramah.
Syarat Khutbah Jumat
Syarat khutbah jumat ada tiga belas antara lain :- Khutbah jumat dilakukan oleh laki-laki
- Khatib bukan orang yang tuli
- Khutbah dilakukan didalam bangunan yang digunakan shalat jumat
- Suci dari hadts besar dan kecil
- Badan, pakaian, tempat khutbah harus suci dari najis
- Menutup aurat
- Berdiri saat melakukan khutbah bagi yang sanggup
- Duduk antara dua khutbah dengan istirahat pendek
- Khutbah jumat pertama dan kedua dilakukan berturut-turut
- Khutbah berturut-turut dilakukan dengan shalat jumat.
- Suara dikeraskan agar minimal dapat didengar sebanyak 40 orang jamaah
- Khutbah dilakukan saat telah masuk waktu dhuhur
- Rukun-rukun khutbah jumat harus dengan bahasa Arab
Rukun Khubah Jumat
Rukun khutbah jumat ada enam yaitu :Memuji Allah pada setiap permulaan khutbah jumat yang pertama dan kedua seminimalnya mengucapkan
الحمد لله رب العالمين
Artinya : Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam
عن جابر رضى الله ان النبي صلى الله عليه وسلم خطب يوم الجمعة فحمد الله واثنى عليه
Dari Jabir RA sesungguhnya Rasulullah SAW membaca khutbah hari jumat, lalu beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya.Mengucapkan shalawat atas Rasulullah SAW dalam setiap khutbah seperti :
اللهم صلى على سيدنا محمد
Artinya : Allah bershalawat atas junjungan Nabi Muhammad SAWMembaca syahadatain ( 2 kalimat syahadat ) :
اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمدا رسول الله
Artinya : Aku bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Allah, dan aku
bersaksi pula bahwa sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah.Dalam riwayat Abu Hurairah dijelaskan :
عن ابى هريرة رضى الله ان النبى صلى الله علىه وسلم قال : قال الله تعالى : وجعلت امتك لا يجوز لهم خطبة حتى يشهدواانك عبدى ورسولى
Artinya : Dari Abu Hurairah RA bahwasanya nabi bersabda : Allah
berfirman : aku telah menjadikan umatku tidak sah melaksanakan khutbah
hingga bersaksi bahwa engkau hamba-Ku dan rasul-Ku (HR Baihaqi)Berwasiat taqwallah, yaitu khatib jumat memerintahkan agar muslimin taqwa kepada Allah seperti lafadh
اتقوا الله
Artinya : Takutlah kamu kepada AllahMembaca sepotong ayat Al-Qur’an disalah satu khutbah pertama atau kedua, namun lebih afdhal jika dibacakan pada khutbah jumat pertama. Sebagaimana sabda Nabi :
عن جابر بن سمرة ان النبى صلى الله عليه وسلم كان فى الخطبة يقرأ ايات من القران يذكرالناس
Artinya : Jabir bin Samurah, bahwasanya Nabi SAW telah biasa membaca
Al-Quran didalam khutbah jumat untuk mengingatkan orang ( HR Abu Dawud )Memohon ampunan bagi kaum muslimin dan muslimat seperti membaca lafadz :
اللهم اغفرللمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات
Sabda Rasulullah SAW :
عن سمرة بن جندب ان النبى صلى الله علىه وسلم كان يستغفر للمؤمنىن والمؤمنات فى كل جمعة
Artinya : Dari Samurah bin Jundab RA bahwasanya Nabi Muhammad
memintakan ampun bagi mukminin dan mukminat pada setiap shalat jumatDalam kitab I’anatut Thaalibin dijelaskan bahwa cukup dengan mendoakan kaum muslimin dengan lafadz “ Rahimakumullah” yang berarti “ Semoga Allah senantiasa memberimu rahmat “.
======
Semoga artikel berkaitan dengan shalat jumat ini bermanfaat
SYARAT, RUKUN, DAN SUNNAH KHUTBAH JUM’AT
I. Sembilan Syarat Khutbah Jum’at
1. Khutbah Jum’at
di baca harus sudah masuk waktu dhuhur.
2. Khutbah harus
dibaca sebelum sholat.
3. Membaca khutbah
dengan berdiri jika mampu.
4. Diantara dua
khutbah harus di pisah (duduk) dengan tuma’ninah.
5. Membaca khutbah
dengan suara keras supaya terdengar oleh para ahli jum’ah.
6. Membaca khutbah
dengan sambung menyambung antara kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya,
begitu juga dengan khutbah kedua.
7. Orang yang
membaca khutbah harus menutup aurat, suci badannya, pakaiannya, tempatnya dan
suci dari hadats dan najis.
8. Orang yang
berkhutbah harus laki-laki.
Khutbah dengan
tata cara arab, jika diantara ahli jum’ah ada yang pandai berbahasa arab.
Apabila tidak ada yang pintar bahasa arab maka cukup khutbah tidak dengan
bahasa arab. Jadi apabila seluruh ahli jum’ah tidak ada satupun yang bisa
lughat arab maka wajib ngaji. Tetapi jika tidak ada yang mau ngaji padahal
mampu untuk mengaji, maka semuanya berdosa dan jum’atnya tidak sah. Naibnya :
Tidak wajib berbahasa arab karena hasilnya makna.
II.
Lima Rukun Khutbah
1. Membaca
Puji-pujian kepada Allah swt. Dengan lafadz الحمد لله
2. Membaca Sholawat atas Nabi Muhammad saw.
3. Wasiat bertaqwa kepada Allah swt.
4. Membaca ayat al-qur’an yang bisa memberi kefahaman pada
arti yang dimaksud.
5. Berdo’a untuk
para mu’minin dan mu’minat pada akhir khutbah.
III.
Sunnah Khutbah
1. Membaca khutbah
diatas mimbar atau tempat yang tinggi.
2. Ketika sudah di
mimbar dan berdo’a, langsung menghadap kepara ahli jum’ah dan mengucapkan
salam, lalu duduk menunggu adzan selesai.
3. Membaca khutbah
dengan suara yang jelas dan bisa dipahami oleh ahli jum’ah.
4. Saat berkhutbah
jangan tengak-tengok dan tangannya jangan tudang-tuding.
5. Saat duduk
diantara dua khutbah kira-kira lamanya seperti membaca surat al-ikhlas.
Ketika
khutbah sudah selesai terus langsung ke tempat imam untuk ngimami sholat
jum’at, alangkah baiknya yang jadi khotib juga jadi imam sholat jum’at, jika
tidak ada imam tetap.
IV. Nasehat Untuk Khotib
Sebelum menyampaikan
khutbah sedianya para khotib untuk muthola’ah terlebih dahulu, membaca uraian
khutbah yang akan di sampaikan, supaya bisa memahami dengan cermat dan benar
isi khutbah yang akan disampaikan kepada para ahli jum’ah, sehingga para sami’in
dapat menerima uraian khutbah dengan jelas dan gamblang.
Semoga ada manfaatnya, Amin…
[DOA] bacaan dan Rukun khatib jumat
November 18, 2008 — oRiDo™ Tata cara pelaksanaan shalat Jum’at, yaitu :1. Khatib naik ke atas mimbar setelah tergelincirnya matahari (waktu dzuhur), kemudian memberi salam dan duduk.
2. Muadzin mengumandangkan adzan sebagaimana halnya adzan dzuhur.
3. Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk melaksanakan khutbah yang dimulai dengan hamdalah dan pujian kepada Allah SWT serta membaca shalawat kepada Rasulullah SAW. Kemudian memberikan nasehat kepada para jama’ah, mengingatkan mereka dengan suara yang lantang, menyampaikan perintah dan larangan Allah SWT dan RasulNya, mendorong mereka untuk berbuat kebajikan serta menakut-nakuti mereka dari berbuat keburukan, dan mengingatkan mereka dengan janji-janji kebaikan serta ancaman-ancaman Allah Subhannahu wa Ta’ala. Kemudian duduk sebentar
4. Khutbah kedua: Khatib memulai khutbahnya yang kedua dengan hamdalah dan pujian kepadaNya. Kemudian melanjutkan khutbahnya dengan pelaksanaan yang sama dengan khutbah pertama sampai selesai
5. Khatib kemudian turun dari mimbar. Selanjutnya muadzin melaksanakan iqamat untuk melaksanakan shalat. Kemudian memimpin shalat berjama’ah dua rakaat dengan mengeraskan bacaan.
Adapun rukun khutbah Jumat paling tidak ada lima perkara.
1. Rukun Pertama: Hamdalah
Khutbah jumat itu wajib dimulai dengan hamdalah. Yaitu lafaz yang memuji Allah SWT. Misalnya lafaz alhamdulillah, atau innalhamda lillah, atau ahmadullah. Pendeknya, minimal ada kata alhamd dan lafaz Allah, baik di khutbah pertama atau khutbah kedua.
Contoh bacaan:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ َسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
Innal hamdalillahi
nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastaghfiruhu wa na’uudzubillaahi min
syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa mayyahdihillaahu falaa
mudhillalahu wa mayyudhlilfalaa haadiyalahu
2. Rukun Kedua: Shalawat kepada Nabi SAWShalawat kepada nabi Muhammad SAW harus dilafadzkan dengan jelas, paling tidak ada kata shalawat. Misalnya ushalli ‘ala Muhammad, atau as-shalatu ‘ala Muhammad, atau ana mushallai ala Muhammad.
Contoh bacaan:
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
Allahumma sholli wa sallam ‘alaa muhammadin wa ‘alaa alihii wa ash haabihi wa man tabi’ahum bi ihsaani ilaa yaumiddiin.
3. Rukun Ketiga: Washiyat untuk TaqwaYang dimaksud dengan washiyat ini adalah perintah atau ajakan atau anjuran untuk bertakwa atau takut kepada Allah SWT. Dan menurut Az-Zayadi, washiyat ini adalah perintah untuk mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sedangkan menurut Ibnu Hajar, cukup dengan ajakan untuk mengerjakan perintah Allah. Sedangkan menurut Ar-Ramli, washiyat itu harus berbentuk seruan kepada ketaatan kepada Allah.
Lafadznya sendiri bisa lebih bebas. Misalnya dalam bentuk kalimat: “takutlah kalian kepada Allah”. Atau kalimat: “marilah kita bertaqwa dan menjadi hamba yang taat”.
Contoh bacaan:
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
yaa ayyuhalladziina aamanuu ittaqullaaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunna ilaa wa antum muslimuun
Ketiga rukun di atas harus terdapat dalam kedua khutbah Jumat itu.4. Rukun Keempat: Membaca ayat Al-Quran pada salah satunya
Minimal satu kalimat dari ayat Al-Quran yang mengandung makna lengkap. Bukan sekedar potongan yang belum lengkap pengertiannya. Maka tidak dikatakan sebagai pembacaan Al-Quran bila sekedar mengucapkan lafadz: “tsumma nazhar”.
Tentang tema ayatnya bebas saja, tidak ada ketentuan harus ayat tentang perintah atau larangan atau hukum. Boleh juga ayat Quran tentang kisah umat terdahulu dan lainnya.
Contoh bacaan:
فَاسْتبَقُِوا اْلخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونوُا يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيعًا إِنَّ اللهَ عَلىَ كُلِّ شَئٍ قَدِيرٌ
Fastabiqul khairooti
ayna maa takuunuu ya’ tinikumullahu jamii’an innallaaha ‘alaa kulli
syaiin qodiiru (QS. Al-Baqarah, 2 : 148)
أَمّا بَعْدُ
ammaa ba’du..
Selanjutnya berwasiat untuk diri sendiri dan jamaah agar selalu dan
meningkatkan taqwa kepada Allah SWT, lalu mulai berkhutbah sesuai
topiknya.Memanggil jamaah bisa dengan panggilan ayyuhal muslimun, atau ma’asyiral muslimin rahimakumullah, atau “sidang jum’at yang dirahmati Allah”.
……. isi khutbah pertama ………
Setelah di itu menutup khutbah pertama dengan do’a untuk seluruh kaum muslimin dan muslimat.
Contoh bacaan:
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
barakallahu lii wa
lakum fill qur’aanil azhiim wa nafa’nii wa iyyaakum bima fiihi minal
aayaati wa dzikril hakiim. Aquulu qowlii hadzaa wa astaghfirullaaha lii
wa lakum wa lisaa iril muslimiina min kulli danbin fastaghfiruuhu innahu
huwal ghafuurur rahiimu.
Lalu duduk sebentar untuk memberi kesempatan jamaah jum’at untuk beristighfar dan membaca shalawat secara perlahan.Setelah itu, khatib kembali naik mimbar untuk memulai khutbah kedua. Dilakukan dengan diawali dengan bacaaan hamdallah dan diikuti dengan shalawat.
Contoh bacaan:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَلِيُّ الصَّالِحِينَ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْْْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ., أَمَّابعد,
Innal hamdalillahi
robbal’aalamiin wa asyhadu an laa ilaaha illahllaahu wa liyyash
shalihiina wa asyhadu anna muhammadan khaatamul anbiyaai wal mursaliina
allahumma shalli ‘alaa muhammadan wa ‘alaa aali muhammadin kamaa
shollayta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka hamiidum majiid.Wa
barok ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali muhammadin kamaa baarokta ‘alaa
ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka hamiidum majiid.
Ammaa ba’ad..
Selanjutnya di isi dengan khutbah baik berupa ringkasan, maupun
hal-hal terkait dengan tema/isi khutbah pada khutbah pertama yang berupa
washiyat taqwa.Ammaa ba’ad..
……. isi khutbah kedua ………
5. Rukun Kelima: Doa untuk umat Islam di khutbah kedua
Pada bagian akhir, khatib harus mengucapkan lafaz yang doa yang intinya meminta kepada Allah kebaikan untuk umat Islam. Misalnya kalimat: Allahummaghfir lil muslimin wal muslimat . Atau kalimat Allahumma ajirna minannar .
Contoh bacaan do’a penutup:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.
Allahummagh fir
lilmuslimiina wal muslimaati, wal mu’miniina wal mu’minaatil ahyaa’I
minhum wal amwaati, innaka samii’un qoriibun muhiibud da’waati.
Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa tahmil ‘alaynaa ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa.Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa wagh fir lanaa war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina.
Robbana ‘aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ‘adzaabannaar. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Selanjutnya khatib turun dari mimbar yang langsung diikuti dengan
iqamat untuk memulai shalat jum’at. Shalat jum’at dapat dilakukan dengan
membaca surat al a’laa dan al ghasyiyyah, atau surat bisa juga surat al jum’ah, al kahfi atau yang lainnya.Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa tahmil ‘alaynaa ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa.Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa wagh fir lanaa war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina.
Robbana ‘aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ‘adzaabannaar. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Demikian bacaan khutbah semoga bermanfaat bagi kita semua.
Rukun dan Syarat khutbah
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Assalamualaikum , afwan ana mau bertanya rukun dan syarat khutbah apa saja ?
Terdapat beragam pendapat diantara
para ulama' tentang syarat dan rukun khutbah, namun tidaklah menjadi
perdebatan dan atau persengketaan mengenai hal tersebut, karena mereka
yang sejatinya sudah saling memahami dan menghormati satu sama lain
tentang adanya perbedaan tersebut. Sebagai seorang pemberi wasiat dan
atau nasehat khatib harus benar-benar mengetahui, memahami, serta
melaksanakan syarat-syarat, rukun-rukun, dan sunnah-sunnah dalam
berkhutbah, diantaranya adalah diuraikan satu persatu sebagai berikut :
Syarat - Syarat Khutbah :- Khatib harus suci dari hadats, baik hadats besar maupun hadats kecil.
- Khatib harus suci dari najis, baik badan, pakaian, maupun tempatnya.
- Khatib harus menutup auratnya.
- Khatib harus berdiri bila mampu.
- Khutbah harus dilaksanakan pada waktu dzuhur.
- Khutbah harus disampaikan dengan suara keras sekira dapat didengar oleh empat puluh orang yang hadir.
- Khatib harus duduk sebentar dengan thuma’ninah (tenang seluruh anggota badannya) di antara dua khutbah.
- Khutbah pertama dan khutbah kedua harus dilaksanakan secara berturut-turut, begitu pula antara khutbah dan shalat jum’ah.
- Rukun-rukun khutbah harus disampaikan dengan bahasa arab, adapun selain rukun boleh dengan bahasa lain.
- Khatib harus membaca Hamdalah (melantunkan Pujian kepada Allaah Subahanahu Wata'ala) , pada khutbah pertama dan khutbah kedua.
- Khatib harus membaca Shalawat kepada Rasulullah saw, pada khutbah pertama dan Khutbah kedua.
- Khatib harus berwasiat kepada diri sendiri dan jama'ah agar bertaqwa kepada Allah, baik pada khutbah pertama maupun khutbah kedua.
- Khatib harus membaca ayat Al-Qur’an pada salah satu dari dua khutbah.
- Khatib harus mendoakan seluruh kaum muslimin pada khutbah kedua.
- Khutbah hendaknya disampaikan di atas mimbar, yang berada disebelah kanan mihrab.
- Khatib hendaknya mengucapkan salam, setelah berdiri di atas mimbar (sebelum berkhutbah).
- Khatib hendaknya duduk sewaktu adzan sedang dikumandangkan oleh Bilal.
- Khatib hendaknya memegang tongkat dengan tangan kiri.
- Khutbah hendaknya disampaikan dengan suara yang baik dan jelas, sehingga mudah dipahami dan diambil manfaatnya oleh para hadlirin.
- Khutbah hendaknya tidak terlalu panjang.
Begitulah hendaknya khutbah
jum’ah disampaikan oleh khatib, dan lebih sempurna lagi bila khatib
berakhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari, agar dapat menjadi
suri tauladan yang baik bagi kaum muslimin, sebab ia adalah sang
pemberi nasehat, maka sudah sepatutnya bila berperilaku yang baik dan
dapat diteladani.
Anda mungkin juga meminati:
Rukun Dan Syarat Khutbah Jum’at Menurut Pandangan Empat Ulama Mazhab
Rukun
dan Syarat Khutbah Jum’at ini kalau kita telusuri dalam kitab-kitab Ulama Fiqh terdapat
perbedaan pendapat dikalangan ulama, berikut penulis mencoba mengutarakan
pandangan empat mazhab yang berkembang di Asia, khususnya Indonesia.
1.Menurut
Mazhab Hanafi
Dalam
Mazhab Imam Hanafi yang dimaksud dengan Rukun Khutbah adalah suatu ungkapan
yang mengandung Tahmid, Tasbih, atau Tahlil
dan mempunyai makna mauizah tentang
agama. Dalam pandangan Imam Hanafi, dua Rukun Khutbah bukan sebagai pengganti
dua raka’at shalat. Sehingga mengulang Rukun Khutbah merupakan sunat belaka.
Sedangkan
syarat - syarat khutbah menurut Imam Hanafi :
a)Khutbah
disampaikan sebelum shalat zhuhur
b)Khutbah
harus dibarengi dengan niat
c)Dilakukan
dalam waktu zhuhur
d)Harus
di dengarkan oleh jama’ah yang sah jum’at, walaupun
hanya 1 orang
e)Mualat
antara khutbah dengan shalat
2.Menurut
Mazhab Maliki
Dalam
kajian Mazhab Imam Maliki, Rukun dua khutbah yaitu ungkapan taushiah untuk mengajak umat beriman,
taat, taqwa kepada Allah SWT, serta menjauhkan diri perbuatan maksiat
kepada-Nya.
Dengan
syarat- syarat sebagai berikut :
a)Khutbah
disampaikan sambil berdiri b)Khutbah disampaikan setelah zawal (matahari berada di puncak tengah hari)
c)Taushiah yang disampaikan di akui oleh orang Arab sebagai khutbah
d)Khutbah harus dalam masjid
e)Khutbah disampaikan sebelum shalat
f)Harus didengar minimal oleh 12 orang jama’ah dari awal sampai akhir
g)Dibaca secara jihar sehingga jelas didengarkan oleh jama’ah
h)Khutbah harus dengan Bahasa Arab, walaupun jama’ahnya orang ‘ajam
i)Mualat antara khutbah dengan shalat
Dalam
Mazhab Imam Maliki, khutbah dan imam harus dilakukan oleh satu orang, tidak
boleh gotong royong, seperti yang sudah menjadi adat di daerah kita selama ini,
kecuali ada keozoran.
3.Menurut
Mazhab Syafi’i
Dalam
Mazhab Imam Syafi’i, rukun khutbah ada 5 (lima) :
1.Puji
Allah SWT dengan ungkapan “Alhamdulillah”
pada tiap-tiap dua khutbah 2.Baca Shalawat dengan lafazh “Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad”pada kedua khutbah
3.Wasiat dengan lafazh “Ittaqullah” atau Athiullah” atau lainnya
4.Baca ayat, dari salah satu surat dalam alqur’an pada salah satu khutbah
5.Baca do’a bagi kaum muslimin dam muslimat pada khutbah kedua
Lima rukun
diatas dilakukan dengan harus memenuhi 15 syarat/ketentuannya, yaitu :
1.Khutbah
disampaikan sebelum shalat zhuhur
2.Sedang
khutbah tidak boleh beralih ke hal lain, seperti tahmid saat bersin (sama seperti shalat)
3.Berdiri
bagi yang kuasa
4.Disampaikan
dalam bahasa Arab bagi yang mampu
5.Dilakukan
dalam waktu zhuhur
6.Duduk
antara dua khutbah
7.Harus
di dengarkan oleh 40 orang jama’ah
yang sah jum’at, termasuk khatib didalamnya
8.Mualat
antara khutbah dengan shalat
9.Khatib
harus suci dari najis, hadast besar, dan hadast kecil
10.Menutup
aurat
11.Khatib
harus laki-laki
12.Khatib
harus orang yang shah jadi imam dan dinobatkan oleh jama’ah
13.Khutbah
harus disampaikan pada tempat yang shah jum’at (dalam masjid)
14.Harus
dapat menguasai dan membedakan rukun-rukun khutbah
15.Mengi’tiqadkan
sunat-sunat khutbah sebagai sunat, artinya khatib harus dapat membedakan rukun
dan sunat, sehingga dapat menempatkan posisinya masing-masing, minimal tidak
menganggap yang sunat sebagai rukun khutbah.
4.Menurut
Mazhab Hambali
Mazhab
Imam Hambali menetapkan Rukun khutbah sebagai berikut :
1)Puji
Allah SWT pada tiap-tiap dua Khutbah, dan mesti dengan ungkapan “Alhamdulillah”
2)Shalawat
kepada Rasulullah SAW, mesti dengan ungkapan “Asshatu ’ala rasulillah”
3)Membaca
ayat alqur-an (minimal satu ayat) yang mengandung makna
4)Wasiat
taqwa dengan lafazh “Ittaqullah” atau
lainnya
Sedangkan
do’a pada pandangan Imam Hambali, hanya sunat belaka. Bila seorang khatib naik
mimbar dan memberi salam lalu duduk,
setelah muazzin selesai azan dia menyatakan ungkapan puji lalu shalawat dan
kemudian membaca wasiat da membaca ayat al-qur’an, kemudian duduk. Maka
selesailah khutbah pertama.
Setelah
duduk tuma’ninah, lalu berdiri dan membaca kembali ungkapan puji lalu shalawat
dan kemudian membaca wasiat untuk ta’at dan taqwa lalu membaca do’a sungguh
khatib itu telah berkhutbah dengan sempurna sesuai dengan uraian mazhab yang
tersebut di atas.
Dari
uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa masalah khilafiyah adalah masalah yang hukumnya tidak disepakati para ulama
secara mutlak, munculnya perbedaan pendapat tentang hukum suatu masalah
sebenarnya hak para ulama yang punya kapasitas istinbath hukum. Sebab mereka
lah yang punya alat dan otoritas untuk menyimpulkan sebuah hukum agama. Kita
sebagai orang awam tentu tidak punya perangkat alatnya dan otoritas untuk
menyimpulkan sebuah hukum agama.
Hanya
inilah sedikit artikel tentang masalah khilafiah di antara ulama mazhab yang
dapat saya simpulkan, jika mungkin ada penulisan kata-kata yang salah kami memohon
maaf, dan bersedia menerima masukan untuk kebenaran artikel ini kedepan.
Wassalam . . . !!!
Bacaan Khutbah Jum’at
12
Agu
Tata cara pelaksanaan shalat Jum’at, yaitu :
1. Khatib naik ke atas mimbar setelah tergelincirnya matahari (waktu dzuhur), kemudian memberi salam dan duduk.
2. Muadzin mengumandangkan adzan sebagaimana halnya adzan dzuhur.
3. Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk melaksanakan khutbah yang dimulai dengan hamdalah dan pujian kepada Allah SWT serta membaca shalawat kepada Rasulullah SAW. Kemudian memberikan nasehat kepada para jama’ah, mengingatkan mereka dengan suara yang lantang, menyampaikan perintah dan larangan Allah SWT dan RasulNya, mendorong mereka untuk berbuat kebajikan serta menakut-nakuti mereka dari berbuat keburukan, dan mengingatkan mereka dengan janji-janji kebaikan serta ancaman-ancaman Allah Subhannahu wa Ta’ala. Kemudian duduk sebentar
4. Khutbah kedua: Khatib memulai khutbahnya yang kedua dengan hamdalah dan pujian kepadaNya. Kemudian melanjutkan khutbahnya dengan pelaksanaan yang sama dengan khutbah pertama sampai selesai
5. Khatib kemudian turun dari mimbar. Selanjutnya muadzin melaksanakan iqamat untuk melaksanakan shalat. Kemudian memimpin shalat berjama’ah dua rakaat dengan mengeraskan bacaan.
Adapun rukun khutbah Jumat paling tidak ada lima perkara.
1. Rukun Pertama: Hamdalah
Khutbah jumat itu wajib dimulai dengan hamdalah. Yaitu lafaz yang memuji Allah SWT. Misalnya lafaz alhamdulillah, atau innalhamda lillah, atau ahmadullah. Pendeknya, minimal ada kata alhamd dan lafaz Allah, baik di khutbah pertama atau khutbah kedua.
Contoh bacaan:
KHUTBAH PERTAMA
Doa Sebelum akhiri Khutbah Pertama
Doa-doa terakhir Khutbah
Rukun Khutbah Jumat
Khutbah jumat itu wajib dimulai dengan hamdalah. Yaitu lafaz yang memuji Allah SWT. Misalnya lafaz alhamdulillah, atau innalhamda lillah, atau ahmadullah. Pendeknya, minimal ada kata alhamd dan lafaz Allah, baik di khutbah pertama atau khutbah kedua.
Contoh bacaan:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ َسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
Innal
hamdalillahi nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastaghfiruhu wa
na’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa
mayyahdihillaahu falaa mudhillalahu wa mayyudhlilfalaa haadiyalahu
Shalawat kepada nabi Muhammad SAW harus dilafadzkan dengan jelas, paling tidak ada kata shalawat. Misalnya ushalli ‘ala Muhammad, atau as-shalatu ‘ala Muhammad, atau ana mushallai ala Muhammad.
Contoh bacaan:
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
Allahumma sholli wa sallam ‘alaa muhammadin wa ‘alaa alihii wa ash haabihi wa man tabi’ahum bi ihsaani ilaa yaumiddiin.
Yang dimaksud dengan washiyat ini adalah perintah atau ajakan atau anjuran untuk bertakwa atau takut kepada Allah SWT. Dan menurut Az-Zayadi, washiyat ini adalah perintah untuk mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sedangkan menurut Ibnu Hajar, cukup dengan ajakan untuk mengerjakan perintah Allah. Sedangkan menurut Ar-Ramli, washiyat itu harus berbentuk seruan kepada ketaatan kepada Allah.
Lafadznya sendiri bisa lebih bebas. Misalnya dalam bentuk kalimat: “takutlah kalian kepada Allah”. Atau kalimat: “marilah kita bertaqwa dan menjadi hamba yang taat”.
Contoh bacaan:
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
yaa ayyuhalladziina aamanuu ittaqullaaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunna ilaa wa antum muslimuun
Ketiga rukun di atas harus terdapat dalam kedua khutbah Jumat itu.4. Rukun Keempat: Membaca ayat Al-Quran pada salah satunya
Minimal satu kalimat dari ayat Al-Quran yang mengandung makna lengkap. Bukan sekedar potongan yang belum lengkap pengertiannya. Maka tidak dikatakan sebagai pembacaan Al-Quran bila sekedar mengucapkan lafadz: “tsumma nazhar”.
Tentang tema ayatnya bebas saja, tidak ada ketentuan harus ayat tentang perintah atau larangan atau hukum. Boleh juga ayat Quran tentang kisah umat terdahulu dan lainnya.
Contoh bacaan:
فَاسْتبَقُِوا اْلخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونوُا يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيعًا إِنَّ اللهَ عَلىَ كُلِّ شَئٍ قَدِيرٌ
Fastabiqul
khairooti ayna maa takuunuu ya’ tinikumullahu jamii’an innallaaha ‘alaa
kulli syaiin qodiiru (QS. Al-Baqarah, 2 : 148)
أَمّا بَعْدُ
ammaa ba’du..
Selanjutnya berwasiat untuk diri sendiri
dan jamaah agar selalu dan meningkatkan taqwa kepada Allah SWT, lalu
mulai berkhutbah sesuai topiknya.Memanggil jamaah bisa dengan panggilan ayyuhal muslimun, atau ma’asyiral muslimin rahimakumullah, atau “sidang jum’at yang dirahmati Allah”.
……. isi khutbah pertama ………
Setelah di itu menutup khutbah pertama dengan do’a untuk seluruh kaum muslimin dan muslimat.
Contoh bacaan:
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
barakallahu
lii wa lakum fill qur’aanil azhiim wa nafa’nii wa iyyaakum bima fiihi
minal aayaati wa dzikril hakiim. Aquulu qowlii hadzaa wa
astaghfirullaaha lii wa lakum wa lisaa iril muslimiina min kulli danbin
fastaghfiruuhu innahu huwal ghafuurur rahiimu.
Lalu duduk sebentar untuk memberi kesempatan jamaah jum’at untuk beristighfar dan membaca shalawat secara perlahan.Setelah itu, khatib kembali naik mimbar untuk memulai khutbah kedua. Dilakukan dengan diawali dengan bacaaan hamdallah dan diikuti dengan shalawat.
Contoh bacaan:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَلِيُّ الصَّالِحِينَ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْْْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ., أَمَّابعد,
Innal
hamdalillahi robbal’aalamiin wa asyhadu an laa ilaaha illahllaahu wa
liyyash shalihiina wa asyhadu anna muhammadan khaatamul anbiyaai wal
mursaliina allahumma shalli ‘alaa muhammadan wa ‘alaa aali muhammadin
kamaa shollayta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka
hamiidum majiid.Wa barok ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali muhammadin kamaa
baarokta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka hamiidum
majiid.
Ammaa ba’ad..
Selanjutnya di isi dengan khutbah baik
berupa ringkasan, maupun hal-hal terkait dengan tema/isi khutbah pada
khutbah pertama yang berupa washiyat taqwa.Ammaa ba’ad..
……. isi khutbah kedua ………
5. Rukun Kelima: Doa untuk umat Islam di khutbah kedua
Pada bagian akhir, khatib harus mengucapkan lafaz yang doa yang intinya meminta kepada Allah kebaikan untuk umat Islam. Misalnya kalimat: Allahummaghfir lil muslimin wal muslimat . Atau kalimat Allahumma ajirna minannar .
Contoh bacaan do’a penutup:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.
Allahummagh
fir lilmuslimiina wal muslimaati, wal mu’miniina wal mu’minaatil
ahyaa’I minhum wal amwaati, innaka samii’un qoriibun muhiibud da’waati.
Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa tahmil ‘alaynaa ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa.Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa wagh fir lanaa war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina.
Robbana ‘aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ‘adzaabannaar. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Selanjutnya khatib turun dari mimbar
yang langsung diikuti dengan iqamat untuk memulai shalat jum’at. Shalat
jum’at dapat dilakukan dengan membaca surat al a’laa dan al ghasyiyyah, atau surat bisa juga surat al jum’ah, al kahfi atau yang lainnya.Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa tahmil ‘alaynaa ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa.Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa wagh fir lanaa war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina.
Robbana ‘aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ‘adzaabannaar. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Tiada kata yang paling pantas kita senandungkan pada hari yang berbahagia ini melainkan kata-kata syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah mencurahkan kenikmatan- kepada kita sehingga kita berkumpul dalam majelis ini. Kita realisasikan rasa syukur kita dengan melakukan perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.
Kemudian tidak lupa kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada jama’ah semuanya, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita, karena keimanan dan ketaqwaan merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat nanti.
Kehidupan seseorang di dunia ini dimulai dengan dilahirkan-nya seseorang dari rahim ibunya. Kemudian setelah ia hidup beberapa lama, iapun akan menemui sebuah kenyataan yang tidak bisa dihindari, kenyataan sebuah kematian yang akan menjemput-nya.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan disempurnakan pahalamu, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung dan kehidupan dunia hanyalah kehi-dupan yang memperdaya-kan”. (Ali-Imran: 185)
Ayat di atas adalah merupakan ayat yang agung yang apabila dibaca mata menjadi berkaca-kaca. Apabila didengar oleh hati maka ia menjadi gemetar. Dan apabila didengar oleh seseorang yang lalai maka akan membuat ia ingat bahwa dirinya pasti akan menemui kematian.
Memang perjalanan menuju akhirat merupakan suatu perjalanan yang panjang. Suatu perjalanan yang banyak aral dan cobaan, yang dalam menempuhnya kita memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit. Yaitu suatu perjalanan yang menentukan apakah kita termasuk penduduk surga atau neraka.
Perjalanan itu adalah kematian yang akan menjemput kita, yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan kita dengan alam akhirat. Karena keagungan perjalanan ini, Rasulullah telah bersabda:
لَوْتَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا.
“Andai saja engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan sedikit tertawa dan banyak menangis”. (Mutafaq ‘Alaih)
Maksudnya apabila kita tahu hakekat kematian dan keadaan alam akhirat serta kejadian-kejadian di dalamnya niscaya kita akan ingat bahwa setelah kehidupan ini akan ada kehidupan lain yang lebih abadi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Dan kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (Al-A’la: 17).
Akan tetapi kadang kita lupa akan perjalanan itu dan lebih memilih kehidupan dunia yang tidak ada nilainya di sisi Allah.
Jama’ah Jum’at yang berbahagia.
Marilah kita siapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk menyempurnakan .Iperjalanan itu, yaitu dengan melakukan ketaatan-ketaatan kepada Allah Dan marilah kita perbanyak taubat dari segala dosa-dosa yang telah kita lakukan. Seorang penyair berkata:
Lakukanlah bagimu taubat yang penuh pengharapan. Sebelum kematian dan sebelum dikuncinya lisan. Cepatlah bertaubat sebelum jiwa ditutup. Taubat itu sempurna bagi pelaku kebajikan.
Allah Subhannahu wa Ta'ala’ berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya”. (At-Tahrim: 8)
Ingatlah wahai saudaraku.
Di kala kita merasakan pedihnya kematian maka Rasulullah sebagai makhluk yang paling dicintai oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala telah bersabda Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam :
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ.
“Tiada sesembahan yang haq melainkan Allah, sesungguhnya di dalam kematian terdapat rasa sakit”. (H.R. Bukhari)
Ingatlah di kala nyawa kita dicabut oleh malaikat maut. Nafas kita tersengal, mulut kita dikunci, anggota badan kita lemah, pintu taubat telah tertutup bagi kita. Di sekitar kita terdengar tangisan dan rintihan handai taulan yang kita tinggalkan. Pada saat itu tidak ada yang bisa menghindarkan kita dari sakaratul maut. Tiada daya dan usaha yang bisa menyelamatkan kita dari kematian. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya”. (Qaaf: 19)
Allah juga berfirman:
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan-mu, kendatipun kamu berada di benteng yang kuat”. (An-Nisaa’: 78)
Jamaah Jum’at yang berbahagia.
Cukuplah kematian sebagai nasehat, cukuplah kematian menjadi-kan hati bersedih, cukuplah kematian menjadikan air mata berlinang. Perpisahan dengan saudara tercinta. Penghalang segala kenikmatan dan pemutus segala cita-cita.
Marilah kita tanyakan kepada diri kita sendiri, kapan kita akan mati ? Di mana kita akan mati ?
Demi Allah, hanya Allah-lah yang mengetahui jawabannya, oleh karenanya marilah kita selalu bertaubat kepada Allah dan jangan kita menunda-nunda dengan kata nanti, nanti dan nanti.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejelekan lantaran kejahilannya, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima oleh Allah taubatnya, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejelekan (yang) hingga apabila datang kematian kepada seseorang di antara mereka, mereka berkata: Sesungguhnya aku bertaubat sekarang”. (An-Nisaa’: 17-18)
Sidang Jum’at yang berbahagia.
Marilah kita tanyakan kepada diri kita. apa yang menjadikan diri kita terperdaya dengan kehidupan dunia, padahal kita tahu akan meninggalkannya. Perlu kita ingat bahwa harta dan kekayaan dunia yang kita miliki tidak akan bisa kita bawa untuk menemui Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya amal shalihlah yang akan kita bawa nanti di kala kita menemui Allah.
Maka marilah kita tingkatkan amalan shaleh kita sebagai bekal nanti menuju akhirat yang abadi.
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ تَسْلِمًا. أما بعد:
Marilah kita mencoba merenungi sisa-sisa umur kita, muhasabah pada diri kita masing-masing. Tentang masa muda kita, untuk apa kita pergunakan. Apakah untuk melaksanakan taat kepada Allah ataukah hanya bermain-main saja ? Tentang harta kita, dari mana kita peroleh, halalkah ia atau haram ? Dan untuk apa kita belanjakan, apakah untuk bersedekah ataukah hanya untuk berfoya-foya? Dan terus kita muhasabah terhadap diri kita dari hari-hari yang telah kita lalui.
Perlu kita ingat, umur kita semakin berkurang. Kematian pasti akan menjemput kita. Dosa terus bertambah. Lakukanlah taubat sebelum ajal menjemput kita. Waktu yang telah berlalu tidak akan kembali lagi.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخَوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُواْ رَبَّنَا إِنَّكّ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نًافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ وَآَخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.